MENELADANI KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW, CERAMAH “KH. ASWIRAT DI ACARA MAULID NABI MUHAMMMAD SAW DI MUSHOLLA MUKAROMAH

AMS

SUKAKARYA, KAB. BEKASI, JAWA BARAT, bekapjabar.com Jumat malam (29/Sep/2023) . ” KH. Aswirat kepada Jamah Musholah Mukaromah Dalam ceramah Agamanya dengan tema
_MENELADANI KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW.

Bulan Rabiul Awal, sebagaimana saat ini, sering disebut bulan maulid, yakni bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Menurut Al Allamah Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al Maliki Al Hasani rahimahulLâh Maulid Nabi SAW, bukanlah hari raya. Maulid Nabi SAW sesungguhnya jauh lebih agung dan lebih mulia dari pada dua hari raya umat Islam, yakni Idul Fitri dan Idul Adha (Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al Maliki Al Hasani, Hawla Al Ihtifâl bi Dzikr Al Mawlid, An Nabawi asy Syarîfi, hlm. 10 11).

Dalam ceramahnya beliau mengatakan, “Andai tak ada kelahiran Nabi Muhammad SAW, tentu tidak akan pernah ada bi’tsah (pengutusan Muhammad SAW. sebagai rasul kepada manusia) ; tidak akan turun Al Quran; tidak akan ada Peristiwa Isra’ Mi’raj; tidak akan ada Hijrah, tidak akan ada kemenangan dalam Perang Badar juga tak akan ada Penaklukan Kota Mekkah. Sebabnya, semua itu berkaitan dengan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW. Artinya, Maulid Nabi Muhammad SAW. adalah sumber segala kebaikan yang sangat besar.” (Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al Maliki Al Hasani, Hawla Al Ihtifâl bi Dzikr Al Mawlid, An Nabawi asy Syarîfi,, hlm. 13).

Memperbanyak Shalawat kepada Rasulullah SAW.

Sebagai wujud rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW., sepantasnya pada bulan Rabiul Awwal ini kita lebih banyak lagi bershalawat untuk beliau. Apalagi bershalawat kepada beliau diperintahkan oleh Allah SWT, sebagaimana firman Nya

Sungguh Allah dan para malaikat Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepada dia (TQS al Ahzab [33]: 56).

Banyak bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. merupakan salah satu tanda kebaikan dari Allah SWT kepada kita. Demikian sebagaimana dinyatakan oleh Imam Ibnu al Jauzi rahimahulLâh:

Allah SWT, jika menghendaki kebaikan pada diri hamba Nya, Dia akan memudahkan lisan hamba Nya itu untuk terbiasa bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW (Ibnu al-Jauzi, Bustân al ‘Ârifîn, 1/300).

Selain banyak bershalawat untuk beliau, selayaknya kita pun lebih meningkatkan lagi rasa cinta kita kepada beliau. Apalagi jika selama ini kita mengklaim mencintai Allah SWT dan al Quran yang beliau bawa. Berkaitan dengan itu Imam Ibnu Rajab rahimahulLâh berkata:

Di antara tanda cinta kepada Allah SWT adalah mencintai al Quran. Di antara tanda cinta pada al Quran adalah mencintai manusia yang kepada beliau al Quran diturunkan, yakni Nabi Muhammad saw. (Ibnu Rajab, Tafsîr Ibn Rajab, hlm. 348).

Tentu cinta tak cukup sekadar klaim. Klaim cinta butuh bukti. Bukti bahwa kita mencintai Allah SWT, al Quran dan Nabi Muhammad saw. adalah dengan selalu berusaha takwa; menjalankan semua perintah Allah SWT, menjauhi semua larangan Nya, mengamalkan semua isi Kitab Nya (al-Quran) dan senantiasa meneladani Nabi Nya (Muhammad saw.) dalam seluruh aspek kehidupannya.

Meneladani Kepemimpinan Rasulullah saw.

Sebagaimana dimaklumi, selama kurang lebih 23 tahun sejak diutus (bi’tsah), periode dakwah Rasulullah saw. terbagi menjadi dua bagian: (1) Periode Makkah; (2) Periode Madinah.

Selama 13 tahun dakwah di Makkah, Rasulullah saw. murni hanya berperan sebagai pengemban dakwah. Namun berikutnya, pasca hijrah ke Madinah, dan mendirikan Negara Islam untuk pertama kalinya, beliau sekaligus menjadi penguasa (kepala negara) yang memerankan seluruh fungsi kekuasaan untuk melaksanakan dan menerapkan syariah Islam, bahkan mengemban risalah Islam ke luar negeri dengan dakwah dan jihad. Hal ini berlangsung sekitar 10 tahun hingga beliau wafat.

Karena itu di antara hal penting dari Rasulullah saw. yang wajib dan layak dicontoh adalah teladan kepemimpinan beliau sebagai penguasa, yakni sebagai kepala negara. Kepemimpinan beliau sebagai kepala negara ini telah banyak dijelaskan dalam banyak kitab Sirah Nabi saw., juga kitab kitab fiqh siyâsah. Bagaimana, misalnya, dijelaskan bahwa Rasulullah saw. mengurus dan melayani dengan baik berbagai keperluan rakyat yang beliau pimpin, baik Muslim maupun non Muslim. Beliau memimpin rakyat dengan adil dan penuh kasih-sayang. Ini karena hakikat kepemimpinan khususnya dalam konteks pemimpin negara ditegaskan oleh sabda beliau sendiri.:

Pemimpin suatu kaum hakikatnya adalah pelayan mereka (HR Abu Nu‘aim).

Sebagai kepala negara, yakni Negara Islam, Nabi saw. mengadili banyak perkara di masyarakat hanya dengan syariah Islam. Bukan dengan hukum-hukum yang lain. Syariah Islam pasti adil karena bersumber dari Allah Yang Mahaadil.

Sebagai kepala Negara Islam, Nabi saw. pun mengangkat para wali (gubernur) sekaligus para qâdhi (hakim), juga para ‘âmil. Beliau juga mengutus para utusan (duta) untuk mengajak para pemimpin di seluruh Jazirah Arab saat itu untuk masuk Islam. Beliau pun mengangkat para panglima perang. Bahkan beliau sendiri sering secara langsung memimpin sejumlah perang (jihad).

Jelas, kepemimpinan Rasulullah saw. selaku kepala negara ini layak dan wajib diteladani. Inilah pula yang dicontoh dan diteladani dengan sangat baik oleh para khalifah setelah beliau, yakni Khulafaur Rasyidin.

Karena itu kaum Muslim generasi berikutnya sampai hari ini layak dan wajib meneladani kepemimpinan Rasulullah saw. dan Khulafaur Rasyidin ini. Apalagi Rasulullah saw. telah bersabda:

Kalian wajib berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi geraham (HR Ibnu Majah dan at Tirmidzi).

Khulafaur Rasyidin terkenal dalam kearifan, keberanian dan ketegasannya dalam membela Islam dan kaum Muslim. Mereka adalah para negarawan ulung. Sangat dicintai oleh rakyatnya dan ditakuti oleh lawan lawannya. Mereka juga termasyhur sebagai pemimpin yang memiliki akhlak yang agung dan luhur.

Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq, misalnya, adalah sosok penguasa yang terkenal sabar dan lembut. Namun, beliau juga terkenal sebagai pemimpin yang berani dan tegas. Penerusnya, Khalifah Umar bin al Khaththab ra. juga terkenal sebagai penguasa yang tegas dan sangat disiplin. Beliau tidak segan segan merampas harta para pejabatnya yang ditengarai berasal dari jalan yang tidak benar (Lihat: Tahdzîb at Tahdzîb, XII/267).

Pemimpin Wajib Menegakkan Syariah Islam

Allah SWT berfirman:

Katakanlah, “Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (TQS Ali Imran [3]: 31).

Imam Ibnu Katsir (w. 774 H) di dalam Tafsîr al-Qurân al Azhîm menjelaskan ayat ini dengan menyatakan, “Ayat yang mulia ini menetapkan bahwa siapa saja yang mengklaim cinta kepada Allah, sedangkan ia tidak berada di jalan Muhammad saw. (tharîqah al Muhammadiyyah), maka ia berdusta sampai ia mengikuti syariah Muhammad saw. secara keseluruhan.”

Kecintaan kepada Rasulullah saw. tentu harus dibuktikan secara nyata dengan menaati beliau sekaligus meneladani tharîqah (jalan hidup) beliau. Di antara perkara yang paling menonjol yang wajib diteladani dari tharîqah Nabi saw. adalah kepemimpinan beliau sebagai kepala Negara Islam. Kepemimpinan inilah yang kemudian diikuti, diteladani dan dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin dalam institusi Khilafah Islam.

Di antara teladan paling menonjol dari kepemimpinan Rasulullah saw. dan Khulafaur Rasyidin tentu saja adalah penerapan dan penegakan syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Inilah yang layak dan wajib dicontoh oleh para pemimpin Muslim saat ini.

Apalagi penerapan dan penegakan syariah Islam ini akan menjadi kunci mendapatkan penjagaan dari Allah SWT. Rasul saw. berpesan:

Jagalah Allah niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau mendapati Allah di hadapanmu… (HR at Tirmidzi dan Ahmad).

Al Hafizh Ibnu Rajab (w. 795 H) di dalam Jâmi’ al ‘Ulûm wa al Hikam menjelaskan: IhfazhilLâh (Jagalah Allah) maksudnya adalah menjaga hudûd, hak hak, perintah perintah dan larangan laranganNya. Menjaga semua itu adalah dengan menaati perintah perintah Allah, menjauhi larangan laranganNya dan tidak melanggar hudûd (batasan batasan)Nya.

Jika hudûd dan syariah Allah senantiasa dijaga maka segala perkara bagi umat ini akan menjadi baik; ketenangan dan ketenteraman hidup tercapai; kemakmuran bisa dirasakan; kemuliaan didapatkan; keberkahan Allah akan dilimpahkan dan keridhaanNya pasti dicurahkan.

Alhasil, agar mendapat penjagaan Allah SWT secara sempurna, umat Islam harus berjuang untuk mewujudkan penerapan syariah secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan. Penerapan syariah secara kâffah ini hanya mungkin terwujud dalam institusi Khilafah ‘ala minhâj an nubuwwah (red)

Acara maulid Nabi Muhammad Saw di musholla Mukaromah tersebut di hadiri oleh Kades Wawan Kurniawan .Anggota BPD , jajaran staf pemerintahan Desa Sukamakmur ,Ketua Majlis Mt An Nur Kamillah serta jamaahnya serta warga masyarakat lainnya .

Ketua musholla Mukaromah ., Ustadz Beni pada waktu yang lalu menjelaskan bahwa acara Acara Maulid nabi Muhammad Saw,ini rutin dilaksanakan dua kali dalam setahun Kegiatan ini sebagai wadah dalam ajang silaturahmi dan ta’aruf antar keluarga besar mt An nur Kamilah Desa karang setia kecamatan Karangbahagia kabupaten Bekasi dengan keluarga besar Musholla Mukaromah kampung Kobak subur RT 03/04 Desa sukamakmur kecamatan Sukakarya kabupaten Bekasi.terangnya.

(Penulis.. Sgd)